Jejak seni Melayu dari Kapuas Hulu tidak
bisa dilepaskan dari sanggar tari Jepin Manis. Sudah 33 tahun, sanggar yang
diketuai oleh Erol Amiruddin, mempertahankan keteguhan asli kesenian khas
tradisional Melayu Kapuas Hulu.
Badai seni modern yang tak terhindarkan
dari waktu ke waktu menjadi salah satu keluhan sekaligus tantangan baginya
supaya Melayu Kapuas Hulu menjadi tuan rumah di Bumi Uncak Kapuas Hulu.
Erol tidak sendirian berbagi kisah tentang
Sanggar Jepin Manis, ada Khairul Nisah – Cik Eron, nama yang diberikan
masyarakat Putussibau. “ Anak-anak SMP sedang mengadakan pensi sekolah lebih
tertarik dengan modern dance dibandingkan tari Melayu atau Dayak. Karena mereka
menganggap tari Melayu kuno,” ucap Erol. Bahkan ia kesulitan sekarang mencari
generasi bagi sanggarnya supaya kesenian Melayu Kapuas Hulu tidak punah
digerogoti ketidakpedulian generasi muda Kapuas Hulu.
Erol, Cik Eron serta pelaku seni yang
telah senior lama berada di Jepin Manis, terus memberikan nilai-nilai atau
mentransformasi kekayaan seni Melayu kepada generasi muda Putussibau. Tapi
karena sudah terstigma dibenak para kaum muda mudi itu. Menurut Erol banyak
yang tidak paham, dan terlalu cepat mengatakan kurang modern kesenian Melayu.
Sanggar Jepin Manis tidak hanya fokus
digerak gerik tari saja. Cik Eron sebagai pelatih tari sanggar ini juga
mengajarkan Nyupin – Lawak, pantun, bermain alat musik tradisional, bahkan
sempat di tahun 1990, Jepin Manis mempunyai Band Garster yang pemainnya adalah
anak-anak yang mengalami keterbelakangan sosial dan ekonomi.
Dari tahun 1990 rumah miliknya menjadi
markas untuk latihan mulai dari Nyupin, Hadra Rodat-Tari, serta Kasidah. Pada
festival Melayu di Pontianak beberapa waktu lalu, Kapuas Hulu diwakili Sanggar
Jepin Manis. Cik Eron cerita, Jepin Manis menampilkan Tari Galah, yaitu tarian
yang menggunakan Galah Bambu, kayu panjang dimana sebagian memegang galah dan
lainnya melompat di atas galah disertai alunan musik dari Gambus, Meruas,
Rebana dan Gong kecil. Tari Galah, merupakan tari yang rutin diajarkan Cik Eron
kepada penari-penarinya.
Tari Galah menceritakan ketangkasan
anak-anak kampong saat menghadapi musibah.
“ Tarian ini asli tradisional dari Kapuas
Hulu,” ucapnya. Selain itu, ada pula jenis tarian lainnya yang patut terus
dilestarikan bagi generasi penarinya seperti, Lankah Putar Alam, Langkah Putar
Balih, Langkah Culih, Langkah Cangkok Manis, Tari Tempurung.
Berbagai alat musik di Jepin Manis pun
wajib Cik Eron dan Erol transferkan ke penghuni sanggarnya. Ada Seruling,
Gambus, Gong, Tangkuang, Rebana, Merusa, kicir-kicir, tamboren, gitar bolong,
biola, kotok-kotok dari buluh, malah ada sape – Gitar etnis Dayak.
Cik Eron katakan, perhatian dari Pemkab
Kapuas Hulu terhadap seni Melayu di Kapuas Hulu sangat kurang. Bukan hanya
terjadi pada sanggar miliknya saja, bahkan sanggar Melayu dan Dayak di
Putussibau.
Ia sampaikan, hingga kini anggaran khusus
untuk pemeliharaan kesenian dalam bentuk uang pembinaan kepada setiap sanggar,
beberapa tahun belakangan ini tidak ada.
“ Terutama dari Dinas Pariwisata Kapuas
Hulu. Padahal ada anggaran khusus, tapi sanggar sama sekali tidak
mendapatkannya,” ujar Erol.
Ia berterus terang, sanggar-sanggar
kesenian di Kapuas Hulu tidak dipikirkan serius oleh Pemkab yang menggadang-gadang
promosi kunjungan wisata ke Kapuas Hulu tapi minim perhatian.
“ Kalau perhatian hanya bentuk acara
seremonial sambut tamu. Itu pun untuk sewa transportasi, makan penari dan
pemusik biasanya kami nombok,” kesal Cik Eron.
Ia sebagai saksi pelaku seni Melayu khas
tradisional Kapuas Hulu pun tidak habis pikir, begitu kurang pedulinya Dinas
Pariwisata tak hanya kepada sanggarnya saja, melainkan kepada sanggar lain.
Terlebih lagi, karena panggilan seninya
yang begitu tinggi, Sanggar Jepin tidak hanya berada dalam lingkaran seni
Melayu, tapi juga berkolaborasi dengan seni Dayak.
Jenis tari dan musik berbagai sub suku
Dayak di Kapuas Hulu seperti Kantuk, Tamambaloh, dan lainnya ia ajarkan kepada
anak didiknya.
“ Saat Pesparawi, sanggar kami menjadi komandan
bagi suguhan tarian lainnya di hadapan Gubernur Kalbar, Cornelis. Beliau
memuji, karena baru kali ini tarian Melayu, menjadi terdepan dalam pergelaran
umat Khatolik,” senangnya.
1 komentar:
sepa yg ngwai blog's tuk ???
EmoticonEmoticon