Jakarta - Uang kertas rupiah yang selama dipakai, dibuat bukan dengan cara yang mudah. Butuh banyak proses untuk membuat uang kertas agar kualitasnya baik dan memenuhi spesifikasi.
Perum Peruri adalah satu-satunya perusahaan yang mampu dan diberi kewenangan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang kertas asli. Bagaimana prosesnya?
Di salah satu kawasan industri di Karawang, tepatnya desa Parung Mulya, terdapat satu areal pabrik seluas 202 hektar. Pabrik itulah yang menjadi pencetak uang-uang yang beredar kini. Total, ada 45 mesin yang mencetak uang di divisi ini.
Kepala Divisi Produksi Uang Peruri, Slamet Haryono menjelaskan, awal mula pembuatan uang kertas adalah dari proses engraving. Ini adalah proses yang mencakup pembuatan desain dan gambar baku. Proses tersebut dilakukan oleh Peruri dengan rekomendasi gambar yang diberikan BI.
Untuk membuat desain saja, butuh waktu 2-3 bulan, karena gambar yang ada di proses engraving itu bukan sembarang gambar, namun gambar yang dibuat dari garis-garis murni yang dibuat menggunakan komputer.
"Lalu setelah itu offset printing," kata Purwanto di lokasi, Senin (6/4/2015).
Offset printing adalah proses mencetak, layaknya sablon di kedua belah sisi uang kertas dengan warna dasar uang tersebut. Setelah offset printing, dilanjutkan proses intaglio printing, yang mana merupakan proses penyempurnaan dari offset printing. Di sini, mesin salah satunya akan mencetak warna hologram pada uang.
Proses intaglio printing lebih rumit dari offset printing, karena satu kali mesin berjalan hanya bisa mencetak satu sisi uang kertas, berbeda dengan offset yang bisa mengerjakan dua sisi sekaligus.
"Intaglio itu 2 kali offset," katanya.
Dua proses tersebut tak bisa dilakukan simultan. Karena harus menunggu tinta kering agar warna tidak pudar atau kotor.
Setelah proses tersebut, pencetakan uang berlanjut ke proses penyimpanan dan inspeksi. Nah, dalam proses inspeksi ini akan diketahui mana uang yang layak edar ataupun yang tidak. Yang tidak layak edar biasanya karena tinta tidak rata, pewarnaan tidak sempurna ataupun kertas yang terlipat. Uang-uang tersebut akan ditandai dan dibolongi agar tak beredar.
"Rata-rata yang gagal itu 10%," katanya.
Setelah itu, proses selanjutnya adalah proses numbering, atau pemberian nomor pada uang yang telah dicetak, kemudian kembali lagi dilakukan inspeksi, manakala ada uang-uang yang salah cetak nomor seri.
Uang kertas yang melalui proses tersebut masih berupa bilyet dengan cetakan dalam kertas besar, kira-kira sebesar dua halaman koran, atau 45 lembar uang kertas.
Setelah proses tersebut, barulah uang-uang yang masih dalam bentuk lembaran kertas besar itu dipotong-potong menggunakan mesin dan disusun dan di-pack.
"Lalu setelah itu manual finishing dan packaging," katanya.
Manual finishing dilakukan karyawan Peruri yang mana bertugas untuk memeriksa, menyusun, dan menumpuk uang-uang kertas tersebut agar siap dikirim ke BI, termasuk uang-uang yang gagal tadi. Dari keseluruhan, butuh waktu hingga 6 hari untuk menyelesaikan prosesnnya.
Bahan baku berupa kertas khusus yang hanya diperoleh dari BI. Sehingga cetakan uang tak bisa ditambah atau dikurangi. Oleh karena itu, uang yang gagal produksi pun harus dikirimkan ke BI. Tahun ini, Peruri bakal mencetak uang kertas sebanyak 9,3 miliar bilyet atau lembar berbagai pecahan.
EmoticonEmoticon