CALIFORNIA - Tim dari badan antariksa Amerika Serikat, NASA, tertarik untuk meneliti Venus lebih jauh. NASA mempelajari segala hal tentang angin Venus untuk mendukung misi jelajah ke planet tetangga tersebut.
Dilansir Astrobio, Sabtu (24/8/2013), tim peneliti NASA mempelajari teknologi yang bisa mendukung misi jelajah Venus. Mereka mengambil keuntungan dari gerakan angin yang berhembus di Venus.
Venus diketahui memiliki lapisan tebal dari awan asam sulfat. Planet ini kabarnya memiliki atmosfer terpadat yang terdiri dari karbon dioksida. Tekanan atmosfer di permukaan Venus lebih besar 92 kali lipat ketimbang di Bumi.
Misi jelajah Venus menjadi tantangan bagi Geoffrey Landis dari Glenn Research Center NASA di Cleveland. Melalui dukungan dana program NASA Innovative Advanced Concepts (NIAC), ia dan tim mencari teknologi untuk sistem elektronik, serta robot yang kuat bertahan di kondisi lingkungan bersuhu panas.
Tim bekerja dengan Collaborative Modeling for Parametric Assessment of Space Systems (COMPASS) Laboratory untuk mengembangkan tipe pesawat luar angkasa baru. Pesawat luar angkasa tersebut dinamakan Venus Landsailing Rover.
Dijuluki Zephyr, penamaan pesawat luar angkasa ini kabarnya diambil dari mitologi Yunani. "Dibandingkan dengan Mars, Venus menjadi planet yang belum dijelajahi," ungkapnya.
Peneliti berencana untuk menempatkan rover yang mampu bergerak dan dibantu dengan gerakan angin Venus yang kuat. Dengan demikian, rover atau robot tersebut bisa sampai di titik lokasi yang telah ditentukan oleh tim NASA.
Glenn Research Center juga memiliki teknologi sensor yang dapat bekerja di dalam mesin jet. Perangkat elektronik tersebut diharapkan bisa berfungsi di lingkungan Venus bertemperatur tinggi, yang memiliki suhu 450 derajat Celcius atau 840 derajat Fahrenheit.
EmoticonEmoticon