PERKEMBANGAN INSTRUMEN MUSIK MELAYU KOMPANG, DIKALANGAN ANAK REMAJA KOTA SAMBAS




BAB1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973).

Terkadang minimnya informasi mengenai kesenian musik melayu daerah membuat anak remaja kurang memperhatikan musik daerahnya sendiri sehingga mereka tenggelam dengan kebudayaan musik daerahnya masing-masing, serta selalu mengutamakan dan menganggap baik budaya musik yang berada di luar budayanya misalkan budaya barat.

Hal tersebut disebabkan, karena musik dapat mencakup segala aspek hidup manusia dan boleh dikatakan bahwa musik merupakan disiplin keilmuan “serakah”, karena segala hal yang terkait dengan manusia hampir diklaim sebagai kebudayaan. Namun, tidak berarti bahwa musik adalah sebuah “keranjang sampah”, semua hal apapun dapat masuk di dalamnya.

musik adalah fenomena pilihan hidup, pilihan budaya positif maupun budaya negatif. Budaya positif dan budaya negatif akan selalu ada sepanjang manusia ada. Lebih lanjut, bila kita mengetahui musik yang ada di luar budaya kita, baik itu budaya yang positif dan budaya yang negatif, akan mempersempit keinginan
kita untuk terjebak dalam etnosentrisme.

Musik juga tidak lepas dari pengaruh komunikasi, karena keduanya mengandung interak sisosial antar manusia. Proses interak sisosial pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi. Yakni proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang atau komunikator kepada orang lain khususnya dikalangan anak remaja maka komunikasi itu sendiri akan berjalan apabila diterapkan dalam bentuk materi pembelajaran seperti di sekolah-sekolah ataupun sanggar khususnya.

Kian hari semangkin tak terbendung perkembangan musik yang ada dikalangan masyarakat melayu daerah kabupaten sambas dimasa kini  yaitu salah satunya musik modern. nah, apa mungkin musik daerah bisa menyaingi musik modern dikalangan anak remaja kini. Mulai dari instrumen musiknya maupun lagu-lagunya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian salah satunya dengan judul “perkembangan instrumen musik kompang melayu, dikalangan anak remaja daerah sambas”


A. Rumusan masalah
1. Sedikitinya perkembangan instrumen musik kompang melayu daerah sambas sedangkan kini tengah maraknya perkembangan musik modern yang kian menghantui anak-anak remaja.

2. Tanggapan dan reaksi anak remaja terhadap musik melayu cenderung sedikit di temui di daerah kabupaten sambas.

3. Tidak adanya kepedulian khusus, dari orang tua atau seniman sekitar untuk memotivasi remaja agar mengenal dan melestarikan musik budayanya.

4. Saat musik daerah di tampilkan, maka lebih mengenai ke acara-acara sakralan seperti acara pernikahan, sunatan anak warga dan acara tepung tawar. Sehingga anggapan anak remaja sempit terhadap musik melayu.

B. Batasan maslah
1. Sedikitinya perkembangan instrumen musik kompang melayu daerah sambas sedangkan kini tengah maraknya perkembangan musik modern yang kian menghantui anak-anak remaja.

2. Tanggapan dan reaksi anak remaja terhadap musik melayu cenderung sedikit di temui di daerah kabupaten sambas.

3. Tidak adanya kepedulian khusus, dari orang tua atau seniman sekitar untuk memotivasi remaja agar mengenal dan melestarikan musik budayanya.

4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui  bagaimana anak remaja sambas bergelut di musik daerahnya khususnya alat musik kompang ini. Mencari tau perkembangan dan minat instrumen musik itu sendiri, dan bagaimana penerapannyadilingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah.

5. Manfaat penelitian
Penelitian ini sangat membantu peneliti dalam memperoleh kesempatan dan pengalaman untuk menerapkan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan dan menerapkan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian ini.
Penelitian ini sangat membantu dalam memperoleh pengalaman dan keterampilan  serta mengimbau anak remaja untuk mencintai perkembangan instrumen musik melayu khusus di daerah sambas.

6. Hipotesis
Menurut salah satu seniman melayu yang ada disambas, memang benar minat dan pengetahuan anak remaja masa kini sangat minim sekali tentang instrumen musik melayu, baik di sekolah maupun masyarakat. kebanyakan Mereka lebih menyukai instrumen musik modern karena itu lebih membuat mereka menjaga gengsi kepada teman sebayanya, karena mereka menganggap musik daerah adalah musik kuno dan musiknya orang-orang tua.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerangka teori
Bermain musik adalah suatu aktivitas yang menyenangkan dan kompleks karena dapat mengungkapkan  rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang, waktu yang dikenal oleh diri
sendiri dan  manusia lain dalam lingkungan (SUHASTJARJA).

Bermain musik  merupakan suatu kegiatan yang tidak lepas dari proses belajar. Meskipun  tergolong aktivitas yang cukup rumit bagi yang kurang mengenal ataupun tidak pernah sama sekali memainkannya, namun anak remaja dituntut untuk tidak lepas dari mendengar, belajar dan memainkankan musik itu sendiri.  Bisa saja karena pengaruh dari teman  sepergaulan atau juga dari keluarganya yang sudah kesehariannya bergelut dengan musik. Nah, apakah itu musik daerahnya atau musik luar (modern).

Tapi kenyataan yang terjadi dilapangan mereka lebih menyukai dan mencintai musik-musik luar seperti musik rock, pop, jazz dan lainnya. Sehingga musik daerahnya sendiri menjadi kusam dan berlumut. Emang susah mengimbangi musik daerah dengan musik modern di kalangan anak remajadi masa kini. harus Perlu adanya tindakan lebih lanjut dari para seniman untuk melestarikan budaya musik melayu khususnya alat musik kompang itu sndiri.


B. Pembahasan Instrumen Musik kompang
Kompang ialah sejenis alat musik tradisional yang paling popular bagi masyarakat Melayu. Ia tergolong dalam kumpulan alat musik gendang. Kulit kompang biasanya diperbuat dari pada kulit kambing betina, namun mutakhir ini, kulitnya juga diperbuat dari kulit lembu, kerbau malah getah sintetik.
Pada kebiasaannya, seurat rotan akan diselit dari bahagian belakang antara kulit dan bingkai kayu bertujuan menegangkan permukaan kompang, bertujuan menguatkan bunyi kompang. Kini, gelung plastik turut digunakan.



Terdapat dua bahagian kompang yaitu bahagian muka (ada kulit) dipanggil belulang. manakala, bahagian badan (kayu) dipanggil baluh. Kompang perlu diletakkan penegang atau dipanggil sedak yaitu sejenis rotan yang diletakkan antara belulang dan baluh, sedak ini deletakkan bertujuan untuk menegangkan bagian belulang dan menyedapkan bunyi kompang apabila dipukul.Alat musik ini berasal dari negara Arab dan dipercayai dibawa masuk ke Tanah Melayu sama ada ketika zaman Kesultanan Melaka oleh pedagang India Muslim, atau melalui Jawa pada abad ke-13 oleh pedagang Arab. Dan kemudian berkembang lagi ke daerah-daerah lainya salah satunya di kabupaten sambas

Kompang biasanya berukuran enam belas inci ukur lilit dan ditutup dengan kepingan kulit pada sebelah permukaan. Ia mempunyai bukaan cetek dan dimainkan dengan memegang dengan sebelah tangan sementara dipalu dengan sebelah tangan yang lain. Bunyi yang berlainan dihasilkan dengan membedakan cara pukulan tapak tangan. Bunyi 'dum' di perolehi dengan tepukan di sisi kompang dan tapak tangan dikuncup/rapat. Bunyi 'pak' di perolehi dengan tepukan di tengah kompang dengan jari tangan yang terbuka.Paluan kompang terbagi menjadi 2 bahagian yaitu pukulan tradisi dan paluan moden ataupun kreatif. pukulan tradisi adalah paluan di mana memukul kompang sambil menyayi ataupun bersyair dalam versi Arab ataupun bahsa Melayu klasik. Manakala pukulan moden juga tersebut diselitkan dengan gerakan ataupun tarian.

Cara memaainkan kompang ialah dengan menepuk kulit kompang dengan bahagian jari-jari atau tapak tangan mengikut rentak. Kompang biasanya dimainkan pada saat acara perarakan pengantin, kenduri, alat musik pengiring tari dan upacara-upacara sakralan pernikahan lainnya oleh masyarakat sambas. Orang-orang yang memainkannya cenderung yang lebih tua, tak terlihat sedikitpun anak-anak remaja yang memainkannya kenapa demikian, timbul pertanyaa kita, kenapa yang memainkan hanya orang tua? Kemana para remajanya?. Jawabannya ialah, pertama kenyataannya mereka tidak mengerti dan tidak memahami cara memainkan alat musik tersebut, kedua mereka tidak tertarik sama sekali memainkannya, kurangnya motivasi berupa himbauan atau ajakan dari para orang tua untuk mengajarkan memainkannya. Bisa dibilang para orang tua lebih asik memainkan alat musik tersebut bersama para orang tua sebayanya. Padahal kata memainkan alat musik tersebut baik acara adat pernikahan atau lainnya tidak begitu sakral, siapa saja boleh memainkan alat musik itu.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang didapat dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa himbauan dan ajakan itu sangat penting dilakukan jika budaya daerahnya tidak ingin punah, banyak cara yang bisa dilakukan seperti penerapannya lewat sekolah-sekolah baik dari SD-SMP-SMA tatapun dengan membuka sanggar , semua tergantung kesadaran masyrakat dengan budayanya. Jika budaya ingin tetap hidup dan berkembang pasti slalu ada jalan, perngorbana yang kuat. Kita yang menabur maka kita pula akan menuai hasilnya



Hore koe
Hore koe

Previous
Next Post »